Aku Adalah Gumpalan Darah

Wednesday, January 19, 2011

pagi ini aku masih disini. aku senang. tempat ini hangat, nyaman, aman. aku merasa hangat. entah kehangatan seperti apa yang harus aku gambarkan, yang pasti disini sangat hangat. aku memperoleh suplai makanan yang cukup, begitu juga dengan minum. aku mencintai tempat tinggalku saat ini.
tapi ini tak berlangsung lama. aku dipaksa pergi. aku harus keluar dari sini. andai aku tahu apa yang menjadi kesalahanku, pasti aku akan bertanya. tapi yang ada hanya kelu. otakku belum terbentuk, sehingga aku tidak bisa memahamai apa yang terjadi padaku dan tempat tinggalku. aku cuma bisa pasrah saat aku ditarik keluar. tempat tinggalku seperti diterpa badai. semua bergetar hebat. aku mendengar erang kesakitan. seorang wanita yang meremas tangannya dengan menahan rasa sakit. menutup matanya seakan ruhnya sedang ditarik dari ujung kepala dan ia pun mencoba menahan. erangan itu sama sakitnya dengan tubuhku saat aku ditarik. aku dikoyak. aku dicabik.
erangan itu masih ku dengar. tempat tinggalku masih bergetar, tapi tak lagi hebat. aku mulai melemah. aku tak bisa lagi bertahan untuk tetap tinggal di tempat ini. mereka tak meninginkanku. aku tak memiliki ijin tinggal di tempat ini.
erangan itu mereda. tempat tinggalku sudah bersih, rapi, seperti saat belum aku tinggali. tinggal aku yang teronggok sendiri. di tempat yang tak seharusnya aku tinggali. orang bilang aku adalah titipan Tuhan. aku amanah. aku harus dijaga. aku adalah permata. aku tak ternilai harganya. andai aku bisa, aku pasti akan mempertanyakan kebenarannya.

aku menangis, tapi tak ada yang mendengar. aku minta tolong, tapi tak ada yang menghiraukan. aku ingin melawan, tapi aku tak punya daya.
wanita itu menatapku. ia menangis, tapi tertahan. ia menyentuh bagian tubuhku. air matanya mengalir. ia berucap lirih. "aku minta maaf". wanita itu pun berlalu. aku memandangnya dari sini. dari tempat yang tak seharusnya ku tinggali ini. aku menyayangi wanita itu. aku berhutang budi padanya. dia mempersilahkan aku untuk tinggal di tempatnya yang hangat. dia memberiku makan. dia memberiku minum. dia membelaiku sesaat. tapi tak jarang dia menekan sampai tempat tinggalku bergetar. dia memberiku kehangatan. aku beruntung. aku sangat berterima kasih. walau cuma sebentar. aku berhutang budi. apapun akan aku lakukan untuk membalas budi baiknya.
aku melihat wanita itu sekali lagi. dia cantik. aku memberikan senyuman terakhirku untuknya. aku tak bisa berbuat banyak. ia tak menginginkanku untuk mendiami tempat hangat itu lagi. dan sebagai balas budi, aku rela pergi. menukar semua garis hidupku untuk kebahagiaannya aku merelakan takdirku yang belum ditulis untuk masa depannya. aku ingin ia bahagia selama-lamanya.
aku akan mengingat wanita itu. selalu.
hidup itu pilihan.
apa yang membuatmu sedih, lepaskanlah.
lepaskan jika memang itu hanya bisa menyakiti.
dan apa yang membuatmu tersenyum, dekaplah.
tak masalah kehilangan sesuatu yang baik, karena pasti akan datang yang terbaik.
dan aku percaya kepergianku adalah yang terbaik.
*aku adalah gumpalan darah, yang akan memanggilmu ibu jika kau perjuangkan

0 comments:

Post a Comment