pagi ini aku masih disini. aku senang. tempat ini hangat, nyaman, aman. aku merasa hangat. entah kehangatan seperti apa yang harus aku gambarkan, yang pasti disini sangat hangat. aku memperoleh suplai makanan yang cukup, begitu juga dengan minum. aku mencintai tempat tinggalku saat ini.
tapi ini tak berlangsung lama. aku dipaksa pergi. aku harus keluar dari sini. andai aku tahu apa yang menjadi kesalahanku, pasti aku akan bertanya. tapi yang ada hanya kelu. otakku belum terbentuk, sehingga aku tidak bisa memahamai apa yang terjadi padaku dan tempat tinggalku. aku cuma bisa pasrah saat aku ditarik keluar. tempat tinggalku seperti diterpa badai. semua bergetar hebat. aku mendengar erang kesakitan. seorang wanita yang meremas tangannya dengan menahan rasa sakit. menutup matanya seakan ruhnya sedang ditarik dari ujung kepala dan ia pun mencoba menahan. erangan itu sama sakitnya dengan tubuhku saat aku ditarik. aku dikoyak. aku dicabik.
erangan itu masih ku dengar. tempat tinggalku masih bergetar, tapi tak lagi hebat. aku mulai melemah. aku tak bisa lagi bertahan untuk tetap tinggal di tempat ini. mereka tak meninginkanku. aku tak memiliki ijin tinggal di tempat ini.
erangan itu mereda. tempat tinggalku sudah bersih, rapi, seperti saat belum aku tinggali. tinggal aku yang teronggok sendiri. di tempat yang tak seharusnya aku tinggali. orang bilang aku adalah titipan Tuhan. aku amanah. aku harus dijaga. aku adalah permata. aku tak ternilai harganya. andai aku bisa, aku pasti akan mempertanyakan kebenarannya.