MENITI JALAN PULANG (part 1)

Wednesday, February 8, 2012

sadar ia tidak seperti dulu.
ia melangkah terlalu jauh. menuruti semua liarnya. memaksakan topeng untuk menutupi raut lukanya.
mengolah senyum semampunya.
memanipulasi perasaannya.
ketika ia memutar arah. ada ibu melambaikan tangan padanya.
memeluknya sambil terisak. ia kebanggannya. cintanya. dipeluknya erat dan dibisikkan kata-kata yang lebih indah dari syair pujangga manapun yang pernah dibacanya.
ada hujan disudut mata yang lebih menusuk dari hujan manapun yang pernah diterjangnya. ia meringkuk pasrah. matanya menantang seperti karang.
air mata tidak jatuh. ia (mencoba) kokoh.
di arah yg lain ada ayah yang berdiri mendengarkan ceritanya. memahami kenekatannya. mengucap bangga pada usahanya untuk bertanggung jawab. membesarkan hatinya. menerima maafnya.
ia berlalu. terharu.
di arah lain teman dan sahabat mengacak pinggang. lelah dengan kebengalannya. bosan dengan rengekan manjanya. menyulut emosi karena tak pernah diindahkan. ia melangkah sendiri.
jauh. jauh. jauh.
sahabat seperti bayangan.
ia memutar arahnya lagi. mendapati teman, sahabat, dan saudaranya disana. masih mau memeluk, memahami salah langkahnya, dan memberi senyum terbaik saat dia datang.
ia sedikit berlalri kecil. kemudian menemukan calon tempat tautan hatinya.
keranjangnya penuh dengan buah-buah rindu. jemarinya ingin memeluk. lelah membuatnya mengambang. terkadang ingin berteriak.
mengeluarkan semua lelah, jengah, rindu.
lalu secepat kilat ada lintasan kata-kata.
mengingatkan pada apa yg harus dia pahami.
apa yg harus dia simpan. camkan baik-baik.
sudut matanya basah. dadanya sesak. ia hanya rindu. salahkah ?
ia lelah. boleh bersandarkah ?
peluklah. sebentar saja. kecup keningnya. 
kau tau ? ia sangat suka !
coba saja pejamkan matamu disampingnya. dia akan menatapmu lekat. 
sering tersenyum sendiri, dan menahan hasrat untuk mengecup keningmu.
pernah mendengar sayup-sayup bisikannya di telingamu ?
tidak ? 
baiklah. tanyakan pada dinding-dinding kamar atau sandaran tangga singgasananya.
ia kaku, tapi rindunya tidak beku.
ia belajar memahami. ia canggung. 
ia menemukan celah cahaya. ia menyongsongnya. berharap kau mau menemani.
iya.
ia meniti jalan pulang

0 comments:

Post a Comment