VINETT, OUR LITTLE VILLAIN, OUR LITTLE PRINCESS

Friday, October 14, 2011

13 Oktober 2011
ngga akan lupa sama hari itu.
pagi di tanggal itu aku bangun sangat pagi, karena memang malam sebelumnya aku ngga tidur. aku cemas sama Vi, little owl yang lagi sakit sejak pagi. dan juga cemas kalau tiba-tiba Javelin (owl satunya) asik bermanuver ria dan mendarat di atas box karantinanya si Vi.

jam 6 pagi aku uda buka pintu kamar, ngeluarin nest box mereka untuk aku cuci seperti biasa. sebelumnya aku sempetin juga untuk ngintipin si Vi di box-nya. dia memang masih lemas, aku panggil pun dia ngga teriak seperti biasanya. tapi saat itu dia kuat untuk loncat keluar box. rasa cemasku sedikit hilang, dan dia langsung berlari keluar kamar begitu aku membuka pintu. dia berlari sampai ke depan parkiran motor, kira-kira 3-4 meter dari kamarku. tapi mata Vi masih sayu.

aku meninggalkannya di teras depan parkiran. aku mencuci nestbox 2-3 meter dari posisi Vi. tiba-tiba saat aku sedang menyikat bagian dalam nestbox, Vi datang menghampiri dan berteriak-teriak kecil. teriakannya lemas dan menurutku, itu teriakannya yg manja.
karena becek, aku mengangkat Vi dan meletakkannya di sampingku, tapi diatas lantai teras. begitu dia aku turunkan dari tanganku, Vi ngga bisa berdiri. sayapnya terbuka, dan dia membungkuk.

aku cepat-cepat menyelesaikan mencuci nestbox, lalu menjemurnya. setelah itu aku ambil box-nya si Vi dari dalam kamar. aku ganti alasnya, dan aku masukkan Vi kesana. Vi sempat aku jemur sama box-nya sekitar 2 menit.aku harap kondisinya bakal sedikit lebih vit setelah kena sinar matahari, tapi ternyata dugaanku salah.


setelah aku masukin kamar Vi malah semakin lemas. aku mulai panik. mataku ngga sedetikpun lepas dari Vi. tiba-tiba tubuhnya jatuh merebah kesamping. aku semakin panik. aku langsung menelepon Rage Adri (si pacar) dan memintanya untuk segera datang. beberapa detik setelahnya Vi berdiri lagi meskipun matanya sayu dan kakinya tidak mencengkeram seperti biasanya. aku sedikit lega. iya, sedikit !!

selang beberapa menit Vi masih berputar-putar di box-nya. aku tetap menatapnya sambil terus berharap Vi akan baik-baik saja. sembuh dan teriak-teriak lagi seperti biasanya. bisa ngelewatin sakitnya seperti sakit-sakit yg lalu.tapi Vi malah merebah lagi. kali ini dengan posisi telentang dan sayapnya terbuka. aku goncangin tubuhnya dia ngga gerak. aku panggil ngga ada jawaban. aku panik. sangat panik. aku calling lagi si pacar. setelah itu Vi aku kasih minum. dan alhamdulilah dia "sadar" dan berdiri lagi meskipun keadaannya sama, lemas.

akhirnya si pacar datang.si Vi langsung kita kasih obat. kita minumin dan sekali lagi aku sangat berharap Vi bakal ngasih reaksi positif ke kita. tapi lagi-lagi meleset. Vi lemas, dan dia ngga bisa lagi berdiri. si pacar merebahkan Vi dan menutup tubuhnya dengan kain. napasnya tersengal, dan Vi bernapas lewat mulut. sebenarnya sedari Vi tiba-tiba merebah di box-nya aku ngga tahan pengen nangis. tapi aku masih berharap Vi bisa survive. jadi semua perasaan haru biru itu ngga aku hiraukan dulu.

tapi kalin ini aku ngga tahan lagi. Vi benar-benar di keadaan yg sangat ngga asik dan aku ngga tau harus ngapain. aku membuang muka, dan aku menangis. Rage Adri ngga lepas pandangan dari Vi. dia menggenggam tanganku dan aku tau dia juga mengharapkan hal yg sama seperti aku. kita mau Vinett sembuh !!

menit ke menit saat itu terasa sangat lama. si pacar memutuskan untuk mengangkat Vi dan meletakkannya di pangkuan. aku kasih bantal biar Vi enak tidurnya. napasnya masih "satu dua". kelihatan semakin berat dari lidahnya. dua kali Vi tiba-tiba ngga bergerak.Rage tiupin mulutnya dan Vi kembali bernapas. aku ngga bisa lagi nahan tangis. udah pecah sepecah-pecahnya. tiap kali Vi hampir ngga napas, aku elus paruhnya. aku bilang kalo Vi pasti bisa. dan entah karena Tuhan masih berbaik hati sama Vi atau karena Vi tau kita mau dia ada diantara kita lagi, Vi langsung bernapas lagi.

tapi yang ketiga sepertinya Vi milih jalannya sendiri. Vi ngga bernapas lagi. uda Rage tiupin mulutnya dan Vi ngga ngasih reaksi apapun. dia ngga bergerak. aku usaha lagi niupin mulutnya. aku pandangi dia lekat-lekat. aku elus kepalanya. aku masih sangat-sangat berharap Vi bergerak lagi.tapi Vi engga. tangisanku yg sejak awal udah pecah jadi semakin pecah. Vi masih ada di pangkuan si pacar, dan aku memeluknya erat. memeluk mereka berdua.

aku mengangkat Vi dan meletakkannya dikasurku. aku peluk dia, aku cium bulunya. dia penjahat kecil di kamarku. dia yang nakal karena selalu keluar dari box-nya meskipun udah aku masukin berulang kali. dia yg selalu loncat ke kursiku kalau aku lagi asyik di depan laptop atau mengerjakan tugas kuliah. dia yg akan selalu standby di kursi itu sampai aku selesai dengan aktivitasku. dia yg akan turun kepangkuanku dengan manja, dan membiarkan aku asik dengan pekerjaanku. dia yg selalu menggigit jari kakiku saat aku tidak mengajaknya main dan memilih untuk tidur siang. dia yg akan langsung berteriak jika aku baru masuk kamar sepulang kuliah. bahkan dia sudah berteriak jika aku memanggilnya sebelum aku sampai di depan pintu kamar.

dia yg nakal, yg susah dibalikin ke nestbox-nya meskipun matanya udah sayu karena ngantuk. tiap kali dibalikin, dia akan teriak lagi. dan aku ngga pernah tega kalau Vi uda teriak manja pengen keluar dari box-nya. maka aku keluarkan dia dan membiarkannya naik keatas kasur, loncat ke kursi, dan loncat ke pangkuanku sampai nanti kita sama-sama mengantuk.

dia yang selalu jadi bahan obrolanku sama Rage Adri. dia yg selalu aku tanyakan kabarnya saat masih ada dirumah si pacar. dia yg aku cari saat aku berkunjung ke rumahnya. dia yg membuat si pacar selalu antusias menceritakan setiap perkembangan Vi, setiap ada tingkahnya yg lucu. dia yg membuat kita berdua ketawa cekikikan saat membicarakannya. dia yg membuat kita berusaha keras untuk memberikan yg terbaik. terbaik yg kita bisa. semua cuma buat Vinett.

dua helai bulu itu bakal terus ngingetin kita sama kamu, Vi.
kamu tau ? 
aku menciumi bulu itu kalau aku kangen sama kamu. kangen sama "vinett baukkk". 

sayang kamu Vi, selalu. . .

0 comments:

Post a Comment