PEREMPUAN HUJAN 2

Sunday, January 8, 2012

melahirkan puisi kala hujan itu seperti menerjemahkan isyarat-isyarat hati.
seperti menyusun kepingan puzzle senyuman yang berserakan.
seperti juga merangkai duri dengan bunga.
aku mencintai hujan bahkan sebelum mengenalmu. aku merangkai kalimatku bahkan sebelum membagi hujanku bersamamu. sampai akhirnya kau menjelma menjadi hujanku seiring waktu, dan memeluk basahku.
aku tidak pernah mengeluhkan kemarau sejauh ini.
karena aku masih basah dengan hujanmu.
namun baru saja terlintas dipikiranku untuk menggugat kemarau saat musim ini harus berganti.
memintanya untuk jangan berputaaaaarrrrr
jangan berputaaarrr plissss
dengan gaya sedikit lebay *ngook*
mungkin akan ada hari dimana aku mampu sepenuhnya memegang kemudi atas gonjang-ganjing rumah hati.
iya, suatu hari.
dimana aku tidak lagi merasa aneh saat hujan turun.
dimana aku tidak lagi mencari hujan saat aku sendiri.
aku tidak lagi memeluk lututku dan meringkuk.
dimana senyumku saat kebasahan itu menjadi suatu kestabilan.
dan saat dimana aku menggenggam jemari lain saat hujan turun.
*buuzzz*
tenang saja, tidak perlu sederas itu mengungkapkan. dia akan menjelma menjadi sosok lain.
bukan kau.
bukan hujan.
karena hujanku, cuma satu.

2 comments:

Post a Comment