MAKE IT RAIN

Tuesday, November 15, 2011

aku kacau lagi.
aku memang tidak lagi menangis. aku tidak lagi memendam semuanya dan membiarkannya meledak melukai diriku sendiri. 
tapi aku memutuskan untuk menangis hari ini. hanya hari ini.
deringan telepon malam itu mengembalikan aku ke titik terendah bulan-bulan lalu. membuatku harus berjibaku lagi untuk keluar dan menjejakkan kaki di duniaku sendiri. di malam yg lain telepon berdering lagi. aku tidak banyak bicara, hanya mendengarkan dan menganggukkan kepala. aku hanya berbisik pada hembusan napasku sendiri. aku mau hujan.
semua kenangan itu masih hidup. terkadang aku bermain bersamanya. hujan memang selalu ampuh untuk membangkitkan semua kenangan tentang bau basahnya. hembusan dinginnya. pelukannya. dan aku merindukannya.  

aku pernah menunggu hujan sampai akhirnya hujan turun sore harinya. aku duduk di sudut siku itu. membiarkan semuanya berantakan. gelap. aku tidak menangis. aku hanya berbisik pada hembusan napasku, aku merindukannya. sangat merindukannya. aku berbisik lagi pada dinding kamar, sepatah maaf untuk laki-laki yg kala itu ada bersamaku. aku tidak pantas. aku masih merindukannya. mungkin sepatah maaf itu akan menamparku suatu hari.
saat semua orang merasa terganggu dengan hujan yg turun hampir setiap hari, aku adalah salah satu yg menikmatinya dan berdiri dibawahnya. membiarkan tubuhku basah kuyup. rambutku kusut. kakiku penuh percikan tanah basah. setelah puas aku kembali ke sudut siku itu. duduk dan memeluk lutut. membiarkan tetesan hujan itu mengaliri wajahku. entah bercampur air mata atau tidak. aku tidak merasakan apa-apa selain dingin, dan aku merindukannya.
dia tertanam kuat. sangat kuat. 
aku hanya bisa berbisik pada hembusan napasku sendiri. menitipkan semua bau basahnya di kertas-kertas itu. di goresan-goresan tangan dan percikan darah saat aku kelelahan.
biarkan aku egois untuk tetap membiarkannya hidup. biarkan aku egois untuk tetap menikmati bau basahnya. biarkan aku egois untuk tetap menginginkannya kembali. biarkan aku egois karena aku selalu merindukannya. aku selalu kembali padanya. selalu memutar arah padanya.
aku memang tidak pantas. untuk laki-laki manapun. karena aku hidup dalam kenanganku sendiri. hujan buatanku sendiri.
biarkan aku egois, dan turunkan hujan untukku agar aku tidak lagi berbisik pada hembusan napasku sendiri.

0 comments:

Post a Comment